Pekerja menunjukkan biomassa dari Limbah Racik Uang Kertas (LURK) untuk cofiring pembangkit listrik di stokpile PLTU Jeranjang di Lombok, NTB, Jumat (6/9/2024). Foto: ANTARA
banner large

PLTU Jeranjang Manfaatkan Biomassa untuk Tekan Emisi

Comment
X
Share

apakabar.co.id, JAKARTA – PLTU Jeranjang Lombok di Nusa Tenggara Barat berhasil memanfaatkan beragam limbah untuk dijadikan bahan baku biomassa sebagai energi primer pembangkit melalui program cofiring (bahan bakar substitusi batu bara).

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengungkapkan program cofiring dipilih untuk memberikan pelayanan terbaik melalui pasokan energi bersih sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

“Kami memanfaatkan apa saja yang bisa dijadikan bahan baku biomassa untuk menjalankan program cofiring yang bisa meningkatkan porsi energi baru terbarukan pada sektor kelistrikan,” kata Edwin dalam keterangannya di Lombok, Jumat (6/9).

Penerapan program cofiring dilakukan di unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), salah satunya di PLTU Jeranjang dengan kapasitas 3×25 MW di Lombok, NTB.

Baca juga: Peluang dan Pemanfaatan Batubara di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2020

Edwin menjelaskan PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Jeranjang telah memanfaatkan beragam limbah mulai dari woodchip, serbuk kayu atau sawdust, hasil olahan sampah atau solid recovered fuel (SRF) dan Limbah Racik Uang Kertas (LURK).

“Bahan baku biomassa tersebut kami peroleh dari sekitar PLTU Jeranjang yang sebagian besar tidak dimanfaatkan sebelumnya,” terang Edwin.

Menurut Edwin, program cofiring di PLTU Jeranjang sudah dimulai pada tahun 2019. Diawali tahapan uji coba bakar SRF kemudian terus berkembang dengan memanfaatkan beragam jenis biomassa.

Saat ini porsi konsumsi biomassa pada PLTU Jeranjang telah mencapai lebih dari 3 ribu ton per bulan, atau 2,5 persen dari total konsumsi batu bara pembangkit tersebut.

Baca juga: LQ Indonesia Law Firm : Penahanan Kakek 72 Tahun di Polres Lampung Tengah Melanggar Pancasila!

“Secara akumulatif total konsumsi biomassa PLTU Jeranjang sepanjang 2024 sampai dengan Agustus ini mencapai 15.796 ton,” jelasnya.

Edwin menambahkan, “Kami berupaya meningkatkan penggunaan biomassa untuk mengoptimalkan pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu bara.”

Dengan diterapkannya program cofiring, PLTU Jeranjang menjadi salah satu pembangkit penyumbang green energy di NTB. Pasalnya, PLTU Jeranjang merupakan penyokong sumber kelistrikan di wilayah Lombok.

“Dalam sistem kelistrikan Lombok, PLTU Jeranjang memegang peran penting dengan porsi sebesar 20 persen. Jadi kami mengupayakan agar PLTU ini selalu andal dalam memasok listrik ke pelanggan,” paparnya.

Baca juga: Harga Sejumlah Bahan Pangan Alami Kenaikan

Di samping itu, pemanfaatan bahan baku biomassa yang didapat dari sekitar pembangkit dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah. Hal itu otomatis berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang terlibat.

“Selain itu, inisiatif ini juga berperan membantu menyelesaikan permasalahan sampah kota,” paparnya.

Sebagai informasi, kapasitas terpasang sistem kelistrikan Pulau Lombok saat ini mencapai 360 MW. Adapun beban puncaknya mencapai 320 MW.

Selain dari PLTU Jeranjang 75 MW, sistem kelistrikan Lombok juga dipasok dari PLTGMU Lombok Peaker 150 MW, PLTU IPP (swasta) 50 MW dan sisanya dari PLTS dan pembangkit diesel.

banner 728x90